Minggu, 28 Oktober 2012

MANAJEMEN MUTU PENDIDIKAN PADA PESANTREN MODERN AL-FALAH ABU LAM-U KABUPATEN ACEH BESAR Oleh: Fakhruddin (Mhs. S.2 ADM. Pendidikan Unsyiah)


Abstrak
Manajemen mutu merupakan realisasi dari proses manajemen kurikulum,
manajemen kesiswaan, manajemen keuangan, manajemen personalia,
manajemen sarana dan prasarana, serta manajemen hubungan masyarakat.
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui: manajemen kurikulum, manajemen
kesiswaan, manajemen keuangan, manajemen personalia, manajemen sarana
dan prasarana, serta manajemen hubungan masyarakat pada  Pesantren Modern
Al-Falah Abu Lam-U Aceh Besar.  Metode penelitian adalah metode deskriptif
dengan pendekatan kualitatif. Teknik pengumpulan data adalah: observasi,
wawancara, dan studi dokumentasi. Subyek penelitian adalah Pimpinan
Pesantren, Kepala Sekolah, Guru, Komite Sekolah, tokoh masyarakat, dan santri.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa manajemen kurikulum telah dilaksanakan,
realitasnya terlaksana program kurikuler dan ekstra kurikuler, dilakukan
pengawasan, serta terlaksananya proses pembelajaran sesuai dengan pembagian
tugas yang telah ditetapkan kepada staf pengajar.  Manajemen kesiswaan telah
dilaksanakan dengan baik, hal ini tergambar dengan adanya ujian seleksi
penerimaan siswa baru, peningkatan disiplin siswa, dan berjalannya kegiatan
ekstrakurikuler. Manajemen keuangan telah dilaksanakan, namun belum optimal.
Manajemen personalia yang dilaksanakan termasuk kategori kurang baik,
indikatornya masih ada beberapa orang tenaga pengajar yang mengasuh mata
pelajaran tidak sinkron dengan spesifikasi keilmuannya serta beberapa tenaga
administrasi yang berpendidikan tidak sejalan dengan profesinya. Manajemen
sarana dan prasarana sudah termasuk kategori baik, dan manajemen hubungan
masyarakat telah dilaksanakan dengan baik, sebagai bukti aktifnya masyarakat
dalam beberapa kegiatan pesantren. Di samping itu, adanya pelibatan komite
sekolah dalam penyusunan program, adanya rapat-rapat dengan komite,
pelaksanaan kegiatan, serta terjalinnya hubungan harmonis antara pesantren
dengan masyarakat sekitar.
Pendahuluan
1. Latar Belakang Masalah
Pendidikan dalam suatu definisi dipandang sebagai upaya mencerdaskan
kehidupan bangsa,  mengembangkan manusia Indonesia yang beriman dan
bertakwa, berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan. 2
Melalui proses pendidikan, manusia akan mampu mengeksprisikan dirinya
secara lebih utuh.
Penyelenggaraan sistem pendidikan di Indonesia menganut sistem
pendidikan yang berorientasi komprehensif. Dalam perspektif komprehensif
menurut Murniati (2008:11) bahwa: ”praktik pendidikan nasional Indonesia
berupaya mengimplementasikan secara integratif dan menyeluruh konsepsi
pendidikan yang bernuansa kebangsaan, keagamaan, kemanusiaan, dan
kekaryaan secara simultan.” Hal ini tercermin dalam Undang-Undang RI Nomor
20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pada Bab I  Pasal 1 ayat 2
ditegaskan bahwa: ”Pendidikan nasional adalah pendidikan yang berdasarkan
Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 yang berakar pada nilai-nilai agama,
kebudayaan  nasional Indonesia dan tanggap terhadap tuntutan perubahan
zaman.”
Berpijak pada prinsip penyelenggaraan pendidikan sesuai dengan
Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003 di atas,
memberi ketegasan bahwa penyelenggaraan pendidikan harus demokratis dan
berkeadilan dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia, nilai keagamaan dan
kultural, serta kemajemukan bangsa. Di samping itu, penyelengaraan
pendidikan dengan pemberdayaan semua komponen masyarakat melalui peran
serta dalam penyelengaaraan dan pengendalian mutu layanan pendidikan. Untuk
perwujudan cita-cita tersebut, maka perlunya inovasi pendidikan.
Pemikiran-pemikiran baru yang kritis dalam melakukan inovasi
pendidikan sangat diperlukan dewasa ini. Tuntutan itu muncul seiring dengan
gerakan reformasi di pentas nasional. Hal ini sejalan dengan pandangan yang
dikemukakan oleh Syafaruddin (2002:xiii) sebagai berikut.
Selama ini,  pendidikan cenderung hanya dijadikan sebagai alat politik,
sehingga sentralisasi mengikis kemandirian lembaga pendidikan dalam
meningkatkan mutu untuk memenuhi harapan masyarakat. Lembaga
pendidikan kurang berdaya ketika berhadapan dengan derasnya arus
perubahan karena manajemen dan kepemimpinannya yang lemah.
Dampaknya, gerakan pencerdasan bangsa menjadi lambat. 3
Mutu layanan yang baik akan dapat diperoleh melalui  implementasi
manajemen yang baik dalam pengelolaan lembaga pendidikan.  Manajemen
sebagai proses merencanakan, mengorganisasikan, memimpin, dan
mengendalikan pekerjaan sangat penting diterapkan dengan optimal pada suatu
lembaga pendidikan, termasuk pada lembaga pendidikan pesantren (dayah).
Berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 6 Tahun 2000 tentang
penyelenggaraan Pendidikan Pasal 1 ayat 17 disebutkan bahwa: “Dayah adalah
lembaga pendidikan yang menyelenggarakan pendidikan Islam dengan sistem
pondok/rangkang yang diselenggarakan oleh Pemerintah Daerah, Yayasan/
perorangan yang dipimpin oleh Ulama Dayah.” Pasal 15 ayat 3 disebutkan pula
bahwa  pemerintah berkewajiban membina dan mengawasi kegiatan pendidikan
Dayah. Qanun No 23 Tahun 2002 tentang penyelenggaraan pendidikan di Aceh
pada pasal 16, ayat 1 disebutkan bahwa Dayah/pesantren adalah lembaga
pendidikan Islam dengan sistem pondok/rangkang yang dipimpin oleh ulama,
diselenggarakan oleh yayasan, badan sosial, perorangan, dan atau pemerintah.
Ayat 2 juga menyebutkan bahwa pendidikan dayah/pesantren terdiri atas Dayah
Salafiyah yang tidak menyelenggarakan sistem program pendidikan madrasah,
dan Dayah Terpadu yang menyelenggarakan sistem program pendidikan
madrasah dalam berbagai jenjang.
Pesantren Modern  Abu Lam-U didirikan sejak tanggal 2 Juli 1992 oleh
Drs. H. Athaillah. Dalam perkembangannya lembaga ini terus mengalami
peningkatan jumlah santri dari tahun ke tahun. Sekarang di yayasan ini terdapat
dua lembaga pendidikan yaitu SMA Islam Al-Falah dan SMP Islam Al-Falah
Aceh Besar. Jumlah siswa pada jenjang SMP sebanyak 336 orang dengan
perincian 173 siswa laki-laki dan 163 siswa perempuan. Adapun jumlah siswa
SMA Islam Al-Falah sebanyak 195 orang yang terdiri dari 75 orang siswa lakilaki dan 120 orang siswa perempuan. Adanya perkembangan kuantitas jumlah
siswa dari tahun ke tahun menjadi salah satu indikator bahwa yayasan ini
termasuk salah satu lembaga pendidikan yang berperan dalam upaya memajukan
pendidikan di Kabupaten Aceh Besar.  4
Penamaan  pesantren tersebut  dengan Pesantren Modern, karena sistem
pengajaran yang digunakan tidak lagi mengikuti sistem lama atau sistem
pesantren  tradisional yang hanya dalam bentuk pengajian, tetapi di dalam
pesantren ini menanamkan sistem yang tidak hanya mengajarkan tentang
pendidikan agama Islam semata tetapi juga pendidikan umum seperti sekolah
formal pada umumnya yang sederajat. Karena di pesantren ini juga menanamkan
prinsip  mengajar dan mendidik. Kurikulum yang diterapkan terpadu dalam
operasional, terintegrasi dan tidak terpisah. Kurikulum sekolah tunduk kepada
Dinas Pendidikan dan kurikulum pesantren disusun oleh guru-guru sebagai
tenaga pengajar Pesantren Modern Al-Falah Abu Lam-U.
Berdasarkan latar belakang masalah  di atas, penulis ingin  mengetahui
secara mendetail bagaimana manajemen mutu pendidikan pada Pesantren Modern
Al-Falah Abu Lam-U. Khususnya menyangkut dengan manajemen kurikulum,
kesiswaan, keuangan, personalia, sarana dan prasarana,  serta hubungan
masyarakat. Judul penelitian ini “Manajemen   Mutu  Pendidikan  pada Pesantren
Modern Al-Falah Abu Lam-U  Kabupaten Aceh Besar.”
2. Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang diformulasikan dalam penelitian ini adalah
bagaimanakah manajemen  mutu pendidikan  pada  Pesantren Modern Al-Falah
Abu Lam-U  Kabupaten Aceh Besar?
3. Landasan Teoretis
3.1  Pengertian dan Fungsi Manajemen Pendidikan
Istilah manajemen memiliki berbagai pengertian. Secara  universal
manajemen adalah penggunaan sumberdaya organisasi untuk mencapai sasaran
dan kinerja yang tinggi dalam berbagai tipe organisasi profit maupun non profit.
Menurut  Prawirosentono (2001:307-308) manajemen adalah: “suatu perangkat
kegiatan yang saling berkaitan  (link),  terpadu (integrated)  dan berurutan
(sequencing)  satu sama lain untuk mensinergikan sumberdaya manusia, 5
sumberdaya alam dan teknologi sesuai dengan tujuan-tujuan yang telah
ditentukan sebelumnya.”
Pendapat  di atas memberi pemaknaan bahwa  manajemen merupakan
pencapaian tujuan organisasi dengan cara yang efektif dan efisien lewat
perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan sumberdaya
organisasi.
Manajemen merupakan aspek yang dipakai manusia untuk mengkaji usahausaha yang dapat memadukan manusia untuk bekerja sama dalam usaha-usaha
mencapai kehidupan yang lebih baik. Manajemen dapat diterapkan dalam semua
kegiatan. Manajemen bersifat universal dan merupakan kerangka pengetahuan
yang sistematis, yang mengangkat tentang kaidah-kaidah, prinsip dan konsepkonsep manejemen.
Ditinjau dari konteks pendidikan, menurut Syafaruddin (2002:18) bahwa:
“manajemen adalah aplikasi prinsip, konsep, dan teori manajemen dalam aktivitas
pendidikan untuk mencapai tujuan pendidikan secara efektif dan efisien.” Untuk
menjalankan organisasi pendidikan diperlukan manajemen pendidikan yang
efektif. Sekolah idealnya dikelola dengan manajemen efektif yang
mengembangkan potensi peserta didik, sehingga memiliki pengetahuan,
keterampilan, sikap dan nilai yang mengakar pada karakter bangsa.
Dalam manajemen terdapat fungsi-fungsi manajemen yang terkait erat di
dalamnya. Pada umumnya ada empat fungsi manajemen yang banyak dikenal
masyarakat yaitu fungsi perencanaan (planning), fungsi pengorganisasian
(organizing), fungsi pengarahan (directing) dan fungsi pengendalian
(controlling). Untuk fungsi pengorganisasian terdapat pula fungsi  staffing
(pembentukan staf). Para manajer dalam organisasi diharapkan mampu
menguasai semua fungsi manajemen yang ada untuk mendapatkan hasil
manajemen yang maksimal.
Winardi (2000:161-162) mengutip beberapa pendapat ahli dalam
mendefinisikan fungsi manajemen, sebagai berikut:6
G.R. Terry menyatakan bahwa fungsi fundamental manajemen meliputi:
planning (perencanaan),  organizing (pengorganisasian),  actuating
(menggerakkan),  controlling (mengawasi), ingat singkatan P.O.A.C.
Adapun Henry Fayol (Bapak Konsepsi Proses) memasukkan fungsifungsi berikut dalam aktivitas manajemen:  planning, organization,
command, coordination, and control. Di samping itu, Luther Gulick
mengemukakan istilah singkatkan POSDCORB, di dalamnya terkandung
tujuh fungsi, yaitu: planning, organizing, staffing, directing, coordinating,
reporting, and budgeting.
Hubungan antara fungsi-fungsi manajemen antara yang satu dengan lain
adalah saling kait mengaitkan. Dengan kata lain saling mempengaruhi satu sama
lain. Seperti, organizing dan staffing, merupakan dua fungsi manajemen yang erat
hubungannya yaitu berupa penyusunan wadah legal untuk menampung berbagai
kegiatan yang harus dilaksanakan pada suatu organisasi, dan  staffing
berhubungan dengan  penetapan orang-orang yang akan memangku masingmasing jabatan yang ada dalam organisasi tersebut.
3.2 Manajemen dalam Organisasi Sekolah
Me-manage atau mengelola sekolah artinya mengatur agar seluruh potensi
sekolah berfungsi secara optimal dalam mendukung tercapainya tujuan sekolah.
Jadi kepala sekolah mengatur agar guru dan staf-staf lain bekerja secara optimal,
dengan mendayagunakan sarana/prasarana yang dimiliki serta potensi masyarakat
demi mendukung ketercapaian tujuan sekolah. Hal ini memberi gambaran bahwa
kepala sekolah memegang peranan penting sebagai top manager.
Proses pengelolaan sekolah mencakup  empat tahap, yaitu  perencanaan
(planning), mengorganisasikan (organizing), pengerahan (actuating), dan
pengawasan (controlling),  sesuai dengan fungsi manajemen. Dalam tahap
perencanaan, sekolah merencanakan kegiatan apa saja yang akan dilakukan untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Tahap pengorganisasian, kepala sekolah
menetapkan dan memfungsikan organisasi yang melaksanakan kegiatan tersebut.
Dalam tahap pengerahan, kepala sekolah menggerakkan seluruh orang yang
terkait untuk secara bersama-sama melaksanakan kegiatan sesuai dengan tugas
masing-masing. Dalam tahap pengawasan, kepala sekolah mengendalikan dan 7
melakukan supervise pelaksanaan kegiatan tersebut, sehingga dapat mencapai
sasaran secara efektif dan efisien.
Proses penyusunan rencana di sekolah meliputi  tujuh tahap, yaitu: (a)
mengkaji kebijakan yang relevan, (b) menganalisis kondisi sekolah, (c)
merumuskan tujuan, (d) mengumpulkan data dan informasi yang terkait, (e)
menganalisis data informasi, (f) merumuskan alternatif dan memilih alternatif
program, dan (g) menetapkan langkah-langkah kegiatan pelaksanaan.
Melaksakan program/kegiatan sekolah yang telah disusun tentu diperlukan
orang/tenaga. Orang tersebut harus diorganisasikan agar dapat bekerja secara
efektif dan efisian. Jadi, mengorganisasikan berarti melengkapi program yang
telah disusun dengan susunan organisasi pelaksananya.
Dalam organisasi,  setiap kegiatan (apa)  apa harus jelas,  siapa  yang
mengerjakan, kapan dikerjakan, dan apa targetnya. Empat kata kunci (apa, oleh
siapa, kapan, dan apa targetnya)  itu harus tergambar dengan jelas dalam
pengorganisasian. Dalam mengorganisasikan sekolah, kepala sekolah harus
mengetahui kemampuan dan karekteristik guru dan staf lainnya sehingga dapat
menempatkan pada posisi/tugas yang sesuai. Juga harus diketahui tugas apa yang
sedang dikerjakan, sehingga tidak terjadi beban tugas yang berlebihan
(overloaded).
Jika pelaku kegiatan terdiri dari lebih satu orang, harus jelas siapa
penanggungjawabnya. Mengingat suatu program biasanya terdiri dari beberapa
bagian yang mungkin selesai dikerjakan oleh orang yang berbeda, maka dalam
pengorganisasian harus jelas bagaimana hubungan antara bagian tersebut dan
siapa yang bertanggungjawab untuk mengkoordinasikan.
Setelah organisai tersusun, maka tugas kepala sekolah adalah
menggerakkan orang-orang dalam organisasi sekolah tersebut untuk bekerja
secara optimal. Salah satu cara menggerakkan guru dan staf lain adalah dengan
menerapkan prinsip motivasi. Artinya, kepala sekolah merangsang agar guru dan
staf lain termotivasi untuk mengerjakan tugas.8
4. Hasil Penelitian dan Pembahasan
4.1 Manajemen Kurikulum
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengelolaan kurikulum  pada
Pesantren Modern Al-Falah Abu Lam-U, diupayakan dengan baik oleh pimpinan
dan kepala sekolah. Upaya tersebut  benar-benar diarahkan agar proses
pembelajaran berjalan dengan baik, efektif, dan menyenangkan, dan berorientasi
kepada pencapaian tujuan pembelajaran. Hal ini dapat dilakukan dengan
mendorong guru-guru untuk menerapkan strategi pembelajaran sesuai yang telah
direncanakan. Hal ini sebagaimana disarankan oleh Umaedi (2005:7)  bahwa:
“Guru perlu didorong untuk terus menyempurnakan strategi  pembelajaran.” Hal
ini disebabkan karena strategi pembelajaran merupakan suatu sistem. Sanjaya
(2009:196-197) menguraikan sebagai berikut:
Mengapa pembelajaran dikatakan sebagai suatu sistem? Karena
pembelajaran adalah kegiatan yang bertujuan, yaitu membelajarkan siswa.
Proses pembelajaran itu merupakan rangkaian kegiatan yang melibatkan
berbagai komponen. Itulah pentingnya setiap guru memahami sistem
pembelajaran. Melalui pemahaman sistem, minimal setiap guru akan
memahami tentang tujuan pembelajaran atau hasil  yang diharapkan,
proses pembelajaran yang harus dilakukan, pemanfaatan setiap komponen
dalam proses kegiatan untuk  mencapai tujuan serta bagaimana
mengetahui keberhasilan pencapaian tersebut.
Proses pembelajaran merupakan bagian yang tidak terpisahkan dengan
kurikulum itu sendiri. Disadari bahwa pembelajaran yang baik, juga akan
menentukan keberhasilan implementasi kurikulum pada suatu lembaga
pendidikan. Pelaksanaan kurikulum di sekolah melalui empat tahap, yaitu: (1)
perencanaan, (2) pengorganisasian dan koordinasi, (3) pelakasanaan, dan (4)
pengendalian.
Tahap perencanaan, pada tahap ini kurikulum dijabarkan sampai menjadi
rencana pengajaran, maka untuk itu wakil kepala sekolah bidang kurikulum
melakukan beberapa kegiatan, seperti menjabarkan GBPP menjadi Analisis Mata
Pelajaran (AMP), menelaah berdasarkan kalender pendidikan, menyusun program
satuan pelajaran, menyusun rencana pengajaran. Berdasarkan hasill penelitian
menunujukkan bahwa penyusunan AMP sampai dengan RP tidak dikerjakan 9
seorang diri oleh guru. Akan tetapi disusun secara bersama-sama oleh beberapa
guru bidang studi sejenis dalam kegiatan MGMP yang dilaksanakan di sekolah
masing-masing.
4.2 Manajemen Kesiswaan
Diketahui bahwa kepala sekolah dalam melaksanakan kegiatan kesiswaan
tetap memegang  teguh pada prinsip dasar manajemen kesiswaan seperti:
individual differences,  siswa sebagai subjek didik, member kesempatan untuk
mengembangkan dirinya sesuai bakat, minat, dan kemampuan yang dimilikinya.
Dalam hal ini Depdiknas (2000:87) menganjurkan:
(1) Siswa harus diperlukan sebagai subyek dan bukan obyek, sehingga
harus didorong untuk berperan serta dalam setiap perencanaan dan
pengambilan keputusan yang terkait dengan kegiatan mereka.
(2) Kondisi siswa sangat beragam, ditinjau dari kondisi fisik, kemampuan
intelektual, sosial ekonomi, minat dan seterusnya.
(3) Siswa hanya akan termotivasi belajar, jika mereka menyenangi apa
yang diajarkan.
(4) Pengembangan potensi siswa tidak hanya menyangkut ranah kognitif,
tetapi juga ranah efektif, dan psikomotor.
Beberapa hal yang perlu mendapat perhatian kepala sekolah dalam hal
pembinaan siswa Pesantren Modern Al-Falah Abu Lam-U Aceh Besar adalah
cara pengelompokan, kenaikan kelas, penetuan program, pembinaan disiplin, dan
kegiatan ekstrakurikuler. Kegiatan ekstrakurikuler yang dilaksanakan di sekolah
sangat mendukung kelancaran proses  pembelajaran, hal ini disebabkan melalui
kegiatan tersebut dapat menyalurkan minat dan bakat serta melatih diri untuk
memiliki pengetahuan tentang keagamaan, kepemimpinan.
4.3 Manajemen Keuangan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa manajemen keuangan pada
Pesantren Modern Al-Falah Abu Lam-U sudah terimplementasi dengan baik. Hal
ini dapat dilihat dari adanya transparansi dalam pengelolaan anggaran, terutama
dalam pengelolaan dana bantuan asing. Berkenaan tentang pentingnya anggaran
dalam pengelolaan sekolah, dipaparkan oleh Muhaimin dkk (2010:357), sebagai
berikut:10
Anggaran  adalah rencana yang diformulasikan dalam bentuk rupiah untuk
jangka waktu tertentu (periode), serta alokasi sumber-sumber kepada setiap
bagian aktivitas, Anggaran memiliki peran penting di dalam perencanaan,
pengendalian, dan evaluasi aktivitas yang dilakukan oleh sekolah. Untuk
itu, setiap penanggungjawab program harus menjalankan aktivitas sesuai
dengan anggaran yang telah ditentukan sebelumnya.
Hasil penelitian juga diketahui bahwa sumber dana untuk operasional
Pesantren Modern Al-Falah Abu Lam-U selama ini berasal dari  orang tua siswa
berupa sumbangan pendidikan dengan besarnya perbulan bervariasi, hal ini
tergantung pada tingkat ekonomi orang tua siswa, bantuan asing dan dari biaya
Operasional Sekolah (BOS). Bahkan untuk anak yatim dan fakir tidak dipungut
biaya sama sekali. Setiap adanya bantuan asing selalu pimpinan pesantren dan
bendahara selalu mengkomunikasikan dengan komite sekolah. Bahkan dana yang
masuk dari berbagai sumber juga disampaikan pada setiap adanya rapat.
Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa laporan keuangan, khususnya
tentang penggunaan dana BOS selalu dibuat dalam triwulan untuk disampaikan
kepada pesantren dan Dinas Pendidikan Aceh Besar. Hal ini memberi gambaran
tentang terlaksananya dengan optimal manajemen keuangan pada Pesantren
Modern Al-Falah Abu Lam-U Aceh Besar.
4.4 Manajemen Personalia
Berdasarkan hasil temuan penelitian dapat dijelaskan bahwa peningkatan
kemampuan guru dan staf administrasi sudah dilakukan oleh pimpinan pesantren
dan  kepala sekolah secara optimal.  Upaya ini dilakukan melalui upaya
mengikutsertakan guru pada pelatihan-pelatihan, penataran sekolah dengan
mengundang tutor dari luar yaitu dosen Unsyiah dan dosen IAIN Ar-Raniry. Di
samping itu pimpinan pesantren dan kepala sekolah juga  mengaktifkan MGMP,
menyediakan referensi yang memadai dan relevan bagi guru, dan pembinaan oleh
kepala sekolah melalui rapat-rapat dewan guru.
Untuk mewujudkan personalia yang bertanggung jawab, maka kepala
sekolah perlu menjalankan  organisasi tersebut dengan berpegang pada empat 11
prinsip dasar manajemen personalia, sebagaimana diutarakan oleh Depdiknas
(2000:78), yaitu:
(1) Dalam mengembangkan sekolah, sumber daya manusia adalah
komponen paling berharga,
(2) Sumber daya manusia akan berperan secara optimal jika dikelola
dengan baik, sehingga mendukung tercapainya tujuan institusional,
(3) Kultur dan suasana organisasi di sekolah, serta perilaku manajerial
kepala sekolah sangat berpengaruh terhadap pencapaian tujuan
pengembangan sekolah, dan
(4) Manajemen personalia di sekolah pada prinsipnya mengupayakan agar
setiap warga (guru, staf administrasi, siswa, orang tua siswa, dan yang
terkait) dapat bekerja sama dan saling mendukung untuk mencapai
tujuan sekolah.
Strategi lain yang mungkin dilakukan oleh  pimpinan dan kepala sekolah
dalam pendayagunaan guru adalah memberi tugas dan wewenang yang sesuai
dengan kemampuannya, sehingga setiap orang dapat bekerja secara efektif dan
efisien. Hal ini dilakukan kepala sekolah melalui  penempatan staf pada jabatan
atau tugas yang sesuai, bermusyawarah dalam setiap penentuan jabatan atau
tugas, menciptakan kondisi kerja dan memberikan fasilitas agar pekerjaan/tugas
yang diberikan dapat berjalan dengan baik. Di samping itu, juga termasuk upaya
memanfaatkan tenaga secara efisien, dan memberikan penghargaan, berupa ujian
atau piagam kepada staf yang sukses mengerjakan suatu tugas dengan optimal.
Upaya ini dilakukan guna menambah motivasi kinerja dari semua personil karena
turut berpartisipasi aktif dalam mengupayakan kemajuan lembaga pendidikan
Pesantren Modern Al-Falah Abu Lam-U.
4.5 Manajemen Sarana dan Prasarana
Hasil penelitian menunjukkan bahwa manajemen sarana dan prasaran
juga merupakan bagian penting dalam penerapan unsur manajemen secara
keseluruhan. Kegiatan  manajemen sarana dan prasarana pendidikan  sebagai
penyedia alat-alat yang habis terpakai dalam proses  pembelajaran  seperti sapu,
penghapus, perbaikan alat-alat  yang rusak, dan sebagainya. Manajemen sarana
dan prasarana belum berperan sebagai perencana pembangunan fasilitas
pendidikan. 12
Sarana dan prasarana yang ada selama ini mampu memberikan kontribusi
bagi pengembangan proses pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru pada
Pesantren Al-Falah Abu Lam-U. Di samping itu, masih ada kendala dalam
pengadaan beberapa fasilitas pendukung lain seperti generator listrik yang sangat
dibutuhkan pada saat padamnya listrik PLN. Sarana lainnya yang belum tersedia
adalah mesin photocopi.  Pengadaan sarana ini belum dapat terpenuhi karena
keterbatasan dana yang dimiliki oleh pesantren.
4.6 Manajemen Hubungan Masyarakat
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Pesantren Modern Al-Falah Abu
Lam-U Aceh Besar mempunyai wadah dan kegiatan yang dapat menjalin
hubungan baik dengan masyarakat. Wadah yang terbentuk adalah Komite
Sekolah, dan OSIS. Wadah ini dapat menjadi media untuk mengadakan hubungan
dengan masyarakat sekitar. Namun wadah OSIS ini belum berfungsi secara
maksimal seperti yang diharapkan. Sedangkan wadah komite sekolah sudah
mampu menjalin hubungan yang cukup baik dengan pihak sekolah. Sehingga
banyak program plus sekolah berjalan lancar.
Hubungan sekolah dengan komite sekolah dan masyarakat sudah
terlaksana secara efektif. Hal ini terindikasi tingkat partisipasi komite sekolah dan
orang tua siswa cukup tinggi misalnya setiap rapat sekolah dengan komite
sekolah tingkat kehadirannya 95% dan dilaksanakan secara rutin tiap semester.
Hubungan dengan masyarakat akan tumbuh jika masyarakat juga
merasakan manfaat dari keikutsertaannya dalam program sekolah. Manfaat
diartikan luas, termasuk rasa diperhatikan dan rasa puas karena dapat
menyumbangkan kemampuan bagi kepentingan sekolah.  Prinsip menumbuhkan
hubungan dengan masyarakat adalah dapat saling memberikan kepuasan.
Dukungan masyarakat yang aktif telibat dalam program-program
penyelenggaraan sekolah juga perlu dikendalikan agar tidak lepas  kontrol. Ini
adalah tugas kepala sekolah bersama warga sekolah lain. 13
5. Simpulan
5.1   Manajemen kurikulum telah dilaksanakan pada Pesantren Modern Al-Falah
Abu Lam-U. Hal ini tergambar dengan adanya program kerja,
terlaksananya program, dilakukan pengawasan, serta terlaksananya proses
pembelajaran dengan optimal.
5.2   Manajemen kesiswaan telah dilaksanakan dengan baik, hal ini tergambar
dengan adanya peningkatan disiplin siswa, berjalannya kegiatan
ekstrakurikuler, adanya pembinaan siswa, dan dilakukan evaluasi kegiatankegiatan kesiswaan yang telah dilaksanakan.
5.3  Manajemen  keuangan telah dilaksanakan, namun belum optimal, karena
seringnya kekurangan dana untuk melaksanakan program-program
ekstrakurikuler. Program penggalangan dana sudah berjalan dengan baik,
karena adanya bantuan dari pihak asing (NGO), donatur maupun dari orang
tua  siswa, dan pemerintah melalui BOS, namun untuk melaksanakan
program-program unggulan tertentu selalu mengalami keterbatasan dana.
5.4  Manajemen personalia yang dilaksanakan pada Pesantren Modern Al-Falah
Abu Lam-U masih termasuk kategori kurang baik. Realitas ini terlihat dari
rekrutmen  guru tanpa tes,  tidak rutinnya  pengembangan profesional guru,
dan tingkat kesejahteraan guru yang masih kurang.
5.5   Manajemen sarana dan   prasarana pada Pesantren Modern Al-Falah Abu
Lam-U yang dilaksanakan sudah termasuk kategori baik. Hal ini tergambar
dari  tingkat kelengkapan sarana dan prasarana yang sudah memadai dan
dapat dimanfaatkan dengan efektif untuk peningkatan mutu pendidikan.
5.6   Manajemen  hubungan  masyarakat pada Pesantren Modern Al-Falah Abu
Lam-U telah dilaksanakan dengan baik. Realitas  ini tergambar dengan
adanya pelibatan komite sekolah dalam penyusunan program, adanya rapatrapat dengan komite, pelaksanaan kegiatan,  serta terjalinnya hubungan
harmonis antara pesantren dengan masyarakat sekitar. 14
6.  Saran
     6.1   Diharapkan kepada pimpinan dan Kepala Sekolah di lingkungan Pesantren
Modern Al-Falah Abu Lam-U agar terus meningkatkan penerapan
manajemen pendidikan dengan optimal. Upaya ini dapat ditempuh dengan
selalu  melibatkan  komite sekolah, tokoh masyarakat dan staf pengajar
dalam perencanaan program.
       6.2  Staf pengajar  pada Pesantren Modern Al-Falah Abu Lam-U Aceh Besar
sebaiknya  terus  melakukan upaya untuk meningkatkan pelaksanaan
manajemen mutu pendidikan pesantren. Upaya ini dapat ditempuh dengan
mengutamakan  meningkatan kompetensi mengajar dan meningkatkan
kinerja dengan tetap memperhatikan kedisiplinan dalam pelaksanaan tugas.
Daftar Kepustakaan
Danim, Sudarwan (2002).  Inovasi Pendidikan: dalam Upaya Peningkatan
Profesionalisme Mutu Tenaga Kependidikan. Bandung, Pustaka Setia.
Depdiknas.  (2001).  Menuju Pendidikan yang Bermutu dan Merata.  Jakarta:
Laporan Komisi Nasional Pendidikan.
Gunawan, Ari (2000).  Dasar-dasar Administrasi Sarana Pendidikan.  Jakarta:
Rineka Cipta.
Handayaningrat, S. (2005).  Studi Ilmu Administrasi dan Manajemen.  Jakarta:
Gunung Agung.
Hasibuan, Melayu S.P.  (2004).  Manajemen Sumber Daya Manusia.  Edisi revisi.
Jakarta:  Bumi Aksara.
Moleong, J. Lexy.  (2001).  Metode Penelitian Kualitatif.  Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Muhaimin, Suti’ah, dan Prabowo, Sugeng Listyo. (2010). Manajemen Pendidikan
Aplikasi dalam Penyusunan Rencana Pengembangan Sekolah.  Jakarta:
Kencana.
Mulyasa, E.  (2002). Manajemen Berbasis Sekolah.  Bandung: Remaja Rosda
Karya.15
Murniati A.R.  (2008).  Manajemen Stratejik Peran Kepala Sekolah dalam
Pemberdayaan. Bandung: Citapustaka Media Perintis.
Nurkholis. (2003). Manajemen Bebasis Sekolah. Jakarta: Gramedia Widia Sarana
Indonesia.
Prawirosentono, Suyadi.  (2001).  Manajemen Sumberdaya Manusia, Kebijakan
Kinerja Karyawan. Yogyakarta: BPFE.
Sallis, Edward.  (2006).  Total Quality Management Industri Education.  Edisi
Pertama (Terjemahan), Yogyakarta: IRCiSoD.
Sanjaya, Wina  (2009).  Kurikulum dan Pembelajaran: Teori dan Praktik
Pengembangan Kurikulum Tigkat Satuan Pendidikan (KTSP).  Jakarta:
Kencana.
Sutisna, Oteng (2001).  Administrasi Pendidikan: Dasar Teoritis untuk Praktek
Profesional. Bandung: Angkasa.
Syafaruddin (2002).  Manajemen Mutu Terpadu dalam Pendidikan; Konsep,
Strategi, dan Aplikasi, Jakarta: Grasindo.
Usman, Nasir (2007).  Manajemen Peningkatan Kinerja Guru.  Bandung:
Mutiara Ilmu.
Wasliam, Lim.  (2000).  Pemberdayaan Sistem Manajemen Peningkatan Mutu
Berbasis Sekolah. Bandung: Depdiknas.16

SUMBER

Ditulis Oleh : Muhammad Multazam // 21.38
Kategori:

0 komentar:

Posting Komentar